Matapubliknusantara.com, Limapuluh Kota - Seiring hebohnya situasi pilkada saat ini, buli membuli tidak lupa ikut ambil bagian. Bahkan terkadang Bulian itu telah mengarah kepada unsur sara yang dapat menimbulkan perpecahan. Menyikapi hal ini, Syeikh Mulia Diketinggian menuangkan tulisannya dalam Group pilkada Limapuluh, kota Selasa (3/09/2024).
Menurut penilaian Almuqarram Syeikh, Bulian itu adalah hal yang tidak baik untuk dilakukandilakukan, apalagi sampai diwariskan pada anak cucu.
Lebih lanjut Syeikh Mulia Diketinggian menuliskan, membuli adalah kebiasaan yang sering dilakukan oleh sebahagian besar anak ingusan. Yaitu cara menjatuhkan kawan yang mereka anggap tidak mereka sukai agar kawan itu patah mental dan hilang muka.
Buli membuli ini sebenarnya adalah sebuah bentuk dari ketidakmampuan otak memproses cara yang lebih baik dalam beradaptasi, makanya jurus-jurus pemikiran rendah dan kotor bereaksi pada syaraf otak disebabkan unsur fikiran positif dalam otak lemah.
Bila kecerdasan otak seseorang itu tinggi, katup-katup otak yang menyimpan hal Negatif akan tertekan. Sehingga fikiran negatif tidak mudah untuk keluar ke ranah syaraf otak penggerak organ tubuh, kecuali kalau dia betul betul telah marah.
Membuli tentulah tidak sama dengan pengungkapan fakta. karena membuli hanya lahir dari kehendak syahwat negatif yang direkayasa fikiran. Makanya setiap pembuli pasti menyebut atau mengeluarkan pernyataan negatif yang dituduhkan pada orang yang tidak memiliki sifat itu. Yaitu semacam fitnahan yang dilakukan untuk dicocokkan pada orang yang jadi sasaran pembulian.
Kenapa hal itu sangat rentan dilakukan anak ingusan? Karena otak mereka belum berkembang. Untuk berfikir luas dan lapang, makanya sifat hewani dalam dirinya cepat bereaksi. Hal inilah yang disebut dengan istilah hukum Rimba.
Kenapa membuli itu sulit menghilangkannya di negara kita?, karena itu adalah kebiasaan buruk warisan penjajah yang masih belum disadari oleh orang sekarang. Bahkan sebahagian daerah menganggap bulian itu wajib.
Hal ini bisa kita lihat pada kelakuan orang tua yang mengasuh anaknya. Si orang tua sering tak sengaja mengatakan anaknya jelek, atau bahkan kalau dia berbadan bagus, mesti dikatakan tubuhnya buruk. Yang katanya agar si anak tidak diserang sakit atau penyakit. Itulah pendapat dan kepercayaan sebahagian masyarakat kita.
Padahal kita tahu bahwa otak anak-anak sangat merekam tingkah orang tua dan lingkungan akan tercopy paste dalam syarafnya. Itulah makanya saat otaknya tertumpu, hal negatif itu mudah keluar ke ranah fikiran. Yang dianggapnya itu adalah hal yang wajar dan lumrah.
"Makanya tidak kita sesali, anak anak zaman dahulu yang telah dewasa sekarang, kebiasaan membuli itu adalah hal yang paling di senanginya. Sekalipun dia menyadari bahwa itu tidak baik dan bisa terawarisi tak sengaja pada keturunan berikutnya." tutur Syekh Mulya.
(Indra. A)